Sabtu, 12 September 2015

DRAMA ANEH HEHEHE


SMS PALSU
Malam hari yang mendung. Mulai rintik-rintik hujan turun. Angin juga semakin kuat menerpa. Membuat hawa dingin semakin menusuk tulang.
Febi       : hmm, hmmm. (berselimut, bersenandung sambil memainkan hp)
Kabil      : Bi, Bi, Bi...(duduk disamping Febi). Woy adikku sayang !
Febi       : hh, apa kak?
(Kabil mengambil hp dari tangan Febi. Febi berusaha merebut hp tersebut. Mereka berkejar-kejaran seperti anak kecil)
Kabil      : receive : udah makan yank?
                  Me : belum. Belum lapar.
                  Receive: kok.....
Febi       : (merebut hp). Kenapa di buka-buka sih? Privasi tahu.
Kabil      : ngambek nih. By The Way,kenapa kamu bisa smsan? Bukannya kamu tidak punya pulsa ya? bukannya kamu tadi pulang telat dan nggak mengabari keluarga, jadinya kamu tidak dapat uang jajan, plus pulsa dari mama?
Febi       : memangnya kenapa? Aku kan juga punya tabungan. Kalau cuma untuk beli pulsa saja sih kecil.
Kabil      : oh ya? Aku nggak percaya. Kamu itu nggak bisa bohong. Cepat cerita dari mana kamu dapat pulsa? Atau mau aku bilangi ke mama kalau kamu mulai pacar-pacaran.
Febi       : aduh kakak. sudah aku katakan, kalau ini pulsa dari uangku sendiri. Pakai mengancam segala.
Kabil      : (masih belum percaya. Memandang Febi penuh menyelidik)
Febi       : apa apaan sih kakak ini. Iya iya aku cerita.
Kabil      : nah gitu dong.
Febi       : lebih baik baca ini saja. (menyerahkan hp kepada Kabil)
Kabil      : (kaget). OMG ! jadi kamu menipu orang Bi?
Febi       : (membekap mulut Kabil). Sssttt. Jangan keras-keras.
Kabil      : jadi benar?
Febi       : jangan salah paham dulu. Jadi begini. Sebenarnya aku memang mau beli pulsa. Aku mengirim ke mas Ali, langganan pulsa kita.
Kabil      : (manggut-manggut). Terus?
Febi       : lalu aku kirim, tapi salah nomor. Angka terakhir harusnya 8, tapi aku ketik angka 9. Saat aku sadar, ternyata sudah terkirim. Dan yang mengejutkan, Dia membalas sms ku. Katanya “sudah aku kirim pulsanya. Hubungi aku jika terjadi apa-apa”.
Kabil      : memangnya kamu sms apa? Terus kenapa nomornya kamu ketik? Bukannya ada di kontakmu?
Febi       : aku sms “mas, tolong kirimi pulsa ke nomor ini. Aku lagi butuh banget. Cepat kirim ya. Ini antara hidup dan mati. Nomorku yang kemarin jatuh ke kloset”. Kalau masalah nomor yang ku ketik, soalnya nomor mas Ali itu ke hapus. tapi, yang aku bingung kenapa orang itu percaya kalau aku ini teman, pacar atau keluarganya. Memangnya dia tidak mikir apa?
Kabil      : mungkin. Tapi, memangnya kamu tidak niat untuk mengembalikan pulsanya?
Febi       : awalnya sih ada. Tapi, tidak jadi. Aku pikir ini rezekiku, jadi tidak perlu dikembalikan. Toh orangnya tidak mempermasalahkan.
Kabil      : (sok dramatis). Apa? Jadi kamu anggap semua ini bukan salahmu? apa kamu pikir menipu ini adalah sebuah lelucon? Apa kamu tidak membayangkan bagaimana orang itu merasa sedih dan ketakutan kehilangan orang yang disayangi? Kamu tahu, sekali menipu tetap saja menipu. Ini bukanlah rezekimu.
Febi       : (bermalas-malasan mendengar kakaknya yang terus mengoceh) .
Tiba-tiba dari arah pintu Mama datang sambil menampakkan mukanya yang kaget.
Mama   : Febi. Apa Mama tidak salah dengar, kamu menipu orang?
(Febi dan Kabil kaget. Tiba-tiba mereka sulit berkata-kata)
Mama   : mengapa nak? Coba jelaskan kepada mama. Apa benar kamu menipu?
Febi       : (takut, terbata-bata). Tidak Ma.
Mama   : kamu masih berbohong Bi. Mama tidak pernah mengajarkan kepada anak-anak mama untuk berbohong.
Febi       : maaf Ma.
Mama   : mengapa kamu nakal sekali, nak?
Febi       : (diam dalam kebingungan)
Mama   : (menatap Febi dan Kabil bergantian. Kemudian pergi meninggalkan Febi dan Kabil)
Hujan semakin deras. Petir bermain-main dalam hujan.
Febi       : ini semua salah kakak. kenapa kakak jahat sekali kepadaku? (mulai menangis)
Kabil      : Dik. Bukannya kakak jahat kepadamu. Tapi....
Febi       : tapi apa? Kakak hanya bercand? (lari meninggalkan kabil mengejar Mama)
Di ruang kamar yang tidak begitu besar, terdapat sofa panjang di sudut kamar. Wanita yang dipanggil Mama itu duduk termenung. Tiba-tiba.
Febi       : Ma, Febi berkata jujur. Febi tidak pernah menipu orang. Ini hanya salah paham.
Mama   : (masih diam)
Febi       : Ma (mengguncang tubuh Mama)
Mama   : kamu ini benar-benar nakal.  Baru beberapa jam yang lalu kamu membuat onar. Seorang wanita datang malam dengan pakaian kotor. Sekarang kamu membuat ulah lagi dengan cara menipu orang. Mau jadi apa kamu, nak?
Febi       : Febi minta maaf, Ma. Masalah Febi pulang telat sudah dijelaskan tadi. Lalu, untuk masalah tipu menipu akan Febi jelaskan juga. Tapi Mama tolong dengarkan Febi.
Mama   : iya, jelaskanlah.
(Febi menceritakan kejadiannya dari awal sampai akhir. Febi menceritakan kesalah pahaman yang terjadi diantara mereka)
Mama   : benar begitu, Bil?
Kabil         : (kabil yang sedari tadi mengintip, masuk ke kamar). Benar semua yang dikatan Febi tadi Ma. Ma, Bi, Kabil minta maaf ya. Gara-gara Kabil, Mama marah ke Febi.
Febi          : iya Kak. Lagi pula sekarang semuanya sudah jelas.
Mama      : Mama juga minta maaf. Seharusnya Mama percaya dan mendengarkan dulu semuanya. Kalau begitu, ayo kita makan malam dulu.
Akhirnya, mereka tersenyum karena permasalahan itu selesai. Hujan pun mulai reda.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar